Ramadhan, Sekolah Hebat yang Gratis

Selasa, 19 Juli 2011

“Sekolah Semakin Sulit dan Mahal,” demikian berita di halaman utama KOMPAS 6/7/2011. Di halaman yang sama ada juga judul: “Cari Sekolah, Kok, Susah Sekali?” Maka, atas kenyataan itu, wajar jika ada yang bertanya: “Adakah sekolah bagus, tapi gratis?”
***
Mari perhatikan sekitar kita! Di saat-saat ini –di awal tahun ajaran baru- masih terasa suasana ketika para orangtua sibuk memikirkan dan mencarikan sekolah untuk anak-anak mereka. Suasana prihatin mencuat, saat melihat fakta tentang sulitnya mendapat sekolah (yang baik) lantaran biaya sekolah yang semakin mahal, seperti tercermin di dua judul berita yang dikutip di paragraf pertama tulisan ini.

Tapi, alhamdulillah, sebentar lagi kita akan mendapat kesempatan belajar di sekolah hebat dan gratis selama satu bulan penuh yaitu lewat ibadah puasa Ramadhan. Di bulan Ramadhan, kita diwajibkan untuk berpuasa. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 183).

Ramadhan itu sekolah? Sekolah itu gratis? Benar, puasa Ramadhan adalah semacam sekolah karena dengannya kita dididik secara sistimatis dalam hal kebaikan. Benar, sekalipun kita mendapatkan pendidikan yang berkualifikasi terbaik ternyata untuk itu kita tak harus pusing memikirkan biayanya, karena cuma-cuma.

Ramadhan adalah bulan untuk belajar. Belajar apa? Pertama, belajar peka terhadap lingkungan sekitar. Dengan berpuasa, kita dapat merasakan bagaimana orang yang kurang beruntung menahan lapar dan dahaga setiap hari. Kita yang berpuasa, masih dapat makan dan minum setelah saat berbuka tiba. Bayangkanlah Si Miskin saat mereka harus menahan lapar dan dahaga selama berhari-hari.

Bulan Ramadhan juga memberikan kesempatan besar untuk berbagi kepada sesama. Bagi yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, akan mendapatkan pahala sebesar yang didapat orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala orang tersebut. Pahala tersebut akan diberikan Allah, meskipun yang diberikan untuk berbuka itu hanya sebuah kurma atau seteguk air. Maka, sungguh merugi jika di bulan penuh berkah ini kita tak belajar peka terhadap keadaan sekitar.

Kedua, belajar lebih sabar. Puasa mendidik kita untuk lebih sabar. Inti puasa adalah menahan hawa nafsu. Semua nafsu –seperti nafsu makan-minum, nafsu marah, nafsu syahwat- kita kendalikan.

“Kesabaran itu ada tiga macam: sabar menghadapi musibah, sabar untuk taat, dan sabar menghindari maksiat” (HR Ibnu Abud-Dunya). Lalu, bagaimana dengan ungkapan yang popular di tengah-tengah masyarakat bahwa “Sabar itu ada batasnya”? Ungkapan itu tak berdasar. Kita harus ikhlas menerima dan menghadapi segala macam masalah yang ada.
Al-Quran mengatakan,

والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan, sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS Al-Baqarah [2]: 45).
Jika memperhatikan ayat di atas, sabar (bersama shalat) merupakan media penolong terpenting saat kita disergap masalah. Dengan demikian, maukah kita membatasi sabar yang berarti mempersempit dan bahkan menutup peluang kita untuk keluar dari masalah yang mengepung kita? Maka, dengan logika sederhana itu, bagi kaum beriman sabar itu sungguh tidak berbatas.

Ketiga, belajar disiplin. Bulan Ramadhan tanpa sadar mengajarkan kita berdisiplin. Contoh kecil, waktu makan menjadi lebih teratur. Waktu sahur, kita bersegera bangun. Saat berbuka puasa, kita bahkan sudah bersiap-siap di depan makanan beberapa menit sebelumnya. Sementara, jika di hari-hari di luar Ramadhan, banyak dari kita yang makan tanpa jadwal yang jelas karena berbagai alasan. Akibatnya apa? Karena tidak disiplin dengan pola makan, maka kita berpeluang dihampiri berbagai penyakit.

Keempat, belajar jujur. Puasa mengajarkan kita untuk jujur. Lewat puasa Ramadhan kita dilatih berlaku jujur. Misal, sekalipun kita memiliki kesempatan untuk makan dan minum di tempat terlindung, tapi itu tidak dilakukan karena kita sedang berpuasa dan yakin bahwa perbuatan apapun pasti dilihat Allah. Saat berpuasa, kita dilatih untuk menyadari bahwa Allah selalu hadir di manapun kita berada.

Dengan gambaran di atas, sungguh menyenangkan, bukan? Ramadhan adalah sekolah dengan kurikulum hebat tapi tak menarik bayaran sedikitpun. Bersyukurlah jika kita masih berkesempatan bersekolah gratis di Madrasah Ramadhan. Belum tentu tahun depan kita mempunyai kesempatan yang sama. Untuk itu, sebagaimana murid yang mau masuk sekolah, maka fisik dan mental harus dipersiapkan secara baik dalam menyambut sekolah gratis ini. Rugi jika kita akan mendapatkan pelajaran hebat tapi kita tidak siap menerimanya. Jadi, jangan sia-siakan Ramadhan.

Kelak, setelah puasa Ramadhan selesai, seharusnya setiap orang menjadi lebih baik karena sudah ditempa di Madrasah Ramadhan. Misal, orang yang dulu malas-malasan shalat lima waktu, seharusnya menjadi sadar dan rutin mengerjakannya di luar bulan Ramadhan.

Menuju Taqwa

Alhamdulillah, Ramadhan segera akan tiba. Maka, bagi kita yang beriman, pasti akan menyambut datangnya “Bulan pendidikan dan pelatihan” ini dengan penuh antusias. Sebab, bulan Ramadhan hanya datang setahun sekali. Artinya, butuh waktu cukup panjang agar kita dapat bertemu dengan bulan mulia ini, itupun dengan catatan jika masih ada nikmat umur buat kita.

Dengan demikian, kehadiran bulan suci Ramadhan seharusnya membuat umat Islam senang dan bahagia. Lalu, berpuasalah dengan niat ikhlas untuk mengharap Ridho Allah.

Akhirnya, semoga Allah menerima setiap amalan kita di Ramadhan dan menjadikan kita manusia yang bertaqwa. Mudah-mudahan kita dapat belajar dengan baik dan ikhlas selama Ramadhan. Pelajari dan amalkan setiap ilmu yang didapat. Untuk itu, persiapkan diri kita dengan baik dalam menyambutnya. Dan mari kita jadikan bulan mulia ini menjadi “sekolah” untuk keluarga dan anak-anak kita. “Ramadhan, marhaban!”
Penulis adalah alumnus Unair dan peminat masalah sosial-keagamaan

0 komentar: